Secara definitif, dalam Pasal 28 Ayat 1 Undang-Undang Sisdiknas No.20/2003 dijelaskan bahwa playgroup adalah bentuk pendidikan nonformal bagi anak usia dini yang berusia sekitar 2-4 tahun. Sebagai sebuah kelompok bermain, ini bisa menjadi tempat pertama bagi anak-anak untuk belajar bersosialisasi bersama teman sebaya. Tentunya, dengan didampingi oleh tenaga pengajar beserta rancangan kurikulum di institusi terkait.
Dengan rancangan kurikulum yang jelas, diharapkan anak bisa mendapatkan kesempatan bermain, kegiatan fisik yang bervariasi, serta stimulasi pendidikan yang mampu mengoptimalkan kecerdasan. Karenanya, bisa dibilang, ini adalah tempat yang tepat untuk anak bermain sambil belajar sebelum memasuki dunia sekolah yang sebenarnya.
Ketika dihadapkan pada pendidikan anak, tak sedikit masyarakat yang masih bingung terkait perbedaan PAUD, TK, dan PG. Padahal, sejatinya, orangtua harus memiliki gambaran yang jelas sebelum memutuskan memilih lembaga pendidikan untuk sang buah hati.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 28 ayat 1, PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun melalui tersedianya ruang ekspresi dan pemberian rangsangan atau stimulasi.
Tujuan dari adanya PAUD adalah agar anak bisa mengembangkan seluruh aspek kecerdasan dan memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa PAUD merupakan payung besar yang menaungi berbagai jenis pendidikan informal untuk anak usia dini (pendidikan prasekolah), termasuk Taman Kanak-Kanak (TK) dan playgroup (kelompok bermain).
Secara lebih detail, jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) terbagi berdasarkan usia anak serta kurikulum yang cocok dengan tahap perkembangan kecerdasan.
Setelah melalui masa 0-2 tahun dalam lingkungan keluarga, anak usia 2-4 tahun bisa memasuki lembaga pendidikan sejenis kelompok bermain. Playgroup sendiri dikenal sebagai tempat berkumpulnya para balita sehingga bisa menjadi pilihan tepat untuk anak bersosialisasi.
Umumnya, PG dirancang dengan kurikulum yang lebih menitikberatkan pada berbagai aktivitas fisik, seperti bermain dan belajar di luar ruangan. Kemudian, jenjang selanjutnya ketika anak berusia 4-6 tahun, mereka sudah bisa bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK).
TK sendiri merupakan pendidikan formal bagi anak usia dini yang terbagi menjadi dua jenjang, yakni TK A dan TK B. Berbeda dengan playgroup, di sini aktivitas anak tidak lagi hanya bermain, tetapi juga belajar dan berlatih berbagai kemampuan dasar.
Umumnya, anak telah diajari membaca, menulis, serta berhitung namun dengan cara yang menyenangkan. Tak hanya itu, di jenjang TK, anak juga mulai dikenalkan dengan cara beribadah sesuai. Berbicara tentang pendidikan atau pengajaran, tentu juga harus mengerti tentang Cornerstone School membangun kurikulum dengan berbasis Alkitab yang di dalamnya termasuk juga dalam pengajaran Yahudi. Pengajaran anak-anak Yahudi mulai dari usia dini yang mendapat pendidikan langsung oleh orang tua mereka di rumah, tentang tatakrama, dan iman kepada Allah, beserta ritual keagamaan Israel.
Umur 5 tahun; anak-anak mulai diberi pelajaran dasar membaca Taurat. Pada umur ini anak-anak mulai membaca dan menulis, terutama membaca dan menghafalkan Taurat. Umur 10 tahun; mulai dengan mitswa (pengajaran); pada tataran ini anak-anak sudah diajar tentang makna dan arti dari Hukum Taurat, bukan lagi hanya menghafal, tetapi sudah tahu maknanya. Umur 12-13 tahun; menjalani sebagai Bar-Mitswa, (menjalankan peraturan atau hukum Yahudi). Mereka sudah dianggap mumpuni dalam hal Hukum Taurat dan melaksanakannya, sehingga anak-anak di taraf ini disebut juga anak syariat atau anak Torah (The son of law).
Ada bukti bahwa pelajaran menghafal Taurat ini merupakan dasar keimanan anak-anak Yahudi yang akhirnya anak-anak Yahudi sangat tahu identitasnya, keyakinannya dan sangat militan dengan imannya kepada Allah (Yahwe). Bagaimana dengan orang percaya saat ini? Apakah orang tua dan guru-guru agama baik di sekolah umum maupun di Gereja mengajar anak-anak akan pentingnya menghafal firman Tuhan? Pendidikan Taurat Yahudi bisa terlaksana dengan baik karena adanya komunitas (jemaat) yang beriman teguh. Pendidikan itu dilaksanakan di Sinagoge, sebagai tempat berkumpul, belajar agama dan beribadah, karena mereka mau mengajar kepada anak-anak agar kelak menjadi dewasa dalam segala aspek kehidupan dan menjadi bagian dari umat di Sinaoge.
Ini sangat penting bagi kita untuk membawa anak-anak ke rumah Tuhan (Gereja sekarang) agar anak-anak tumbuh dewasa dalam segala aspek kehidupan termasuk imannya sehingga akan menjadi bagian dan meneruskan komunitas orang percaya dalam gereja.
Dengan memperhatikan hal demikian maka di Kindergardten, kami memberikan perhatian ekstra kepada anak-anak kami dengan membuat suasana sekolah menjadi seperti rumah, dimana mereka nyaman untuk bermain sambil belajar, dan mereka sudah mulai ditanamkan untuk menghafal 10 Hukum Taurat sambil bernyanyi serta pola permainan mereka di disain mengikukuti Perjalanan Israel dari Mesir, melintasi Laut Merah, ke Bukit Sinai, kemudian ke Padang Gurun, melintasi Sungai Yordan dan selanjutnya sampai Israel menduduki Tanah Perjanjian dan 400 tahun kemudian mereka berhasil mewarisi janji Tuhan yaitu Gunung Sion di Tenggara Yerusalem.
Semua perajalanan sejarah Israel ini disasain menjadi kurikulum yang sangat dinamis, dimana anak-anak akan belajar sambil bermain dan mereka akan ditanamkan nilai-nilai Alkitabiah sejak mereka usia dini.
“Kami mau semua siswa kami menjadi seperti Kristus sampai tinggal dalam kekekalan di Bukit Sion Rohani.”
Click Button for More Information About This Project!